Bebersih

Bauhinia blakeana tree flower

Orang yang tidak mandi seharian, baunya sama seperti orang yang tidak mandi seminggu. Orang yang tidak sikat gigi seharian, baunya sama seperti orang yang tidak sikat gigi seminggu. Orang yang tak keramas seharian, baunya sama seperti orang yang tidak keramas seminggu.

Artinya?

Ya sama-sama bau lah! 😀

Bukan, maksud saya begini. Orang lain tidak akan menyadari bahwa orang itu tidak mandi seharian, padahal mungkin dia sudah mogok mandi seminggu lamanya. Orang lain mungkin hanya bisa merasakan baunya saja, sedangkan rasa gatal atau lengket-lengket hanya orang yang tidak mandi saja yang bisa merasakan.

Dan, jika perilaku ini dibiarkan hingga berminggu-minggu, maka si pelaku tidak akan merasakan perbedaan antara belum mandi sehari atau belum mandi seminggu. Entah karena hidungnya yang kebal, atau kulitnya sudah penuh kuman sehingga tak peka lagi.

Baca lebih lanjut

Gue [bukan] Sok Suci

Suatu ketika, saat bertemu kembali dengan teman-teman lama (masa-masa jahat dulu…hwe he he…) biasalah, ketika bertemu, kami akan saling merangkul satu sama lain (yg cowok) dan bersalaman (yg cewek), atau cipika-cipiki (sesama cewek) dan menghantam pundak (sesama cowok). Hi hi… ketahuan ya, siapa sebenarnya pelaku KDRT…ha ha ha alias Keceriaan Di masa Remaja Tanggung…

Kini, lima tahun telah berlalu. Dan kami masing-masing pun telah melayang kemana-mana. Lalu, seorang teman cewek, sebut saja namanya bunga (walah, mirip objek penderita di berita koran-koran kriminal ya… maaf ya, sob. Bukan maksud hati…), menyodorkan tangannya untuk menyalamiku. Dengan kecepatan sedang dan spontan, aku tangkupkan tangan ke depan dada bermaksud menghindari berjabatan dengannya. Namun, karena malu mungkin dia lantas sewot dan berkata pelan, “Halah, sok suci kamu.” Aku hanya tersenyum.

Suatu kali di malam bulan purnama setengah (halah…) aku menyempatkan berbincang dengan bunga mengenai kejadian tadi siang. Dia melontarkan sebuah tuduhan pencemaran nama baik (lho…). dia bilang aku terlalu sok suci hingga tak mau lagi menyalami mereka. Aku dianggap menganggap rendah mereka sehingga tak pantas untuk menyalaminya. Dengan bijak (ceileh..) aku jawab, “Bunga, mungkin dulu kita terbiasa untuk itu. Namun kini baru kusadari bahwa bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim itu tidak boleh. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati kesucian kedua belah pihak, baik aku atau kamu dalam kasus ini. Islam sangat menjaga masalah kesucian, makanya ajaran Thaharah ditempatkan dalam urutan pertama. Bukan hanya kesucian fisik saja yang perlu kita jaga, namun juga kesucian hubungan antara pria dan laki-laki…eh, maksudnya laki-laki dan perempuan.”

Lalu aku lanjutkan, “Kalau aku nggak menjabat tanganmu itu bukan bermaksud merendahkanmu, sama sekali nggak. Aku hanya ingin menghormatimu sebagai seorang perempuan suci. Yang memiliki hak yang sama untuk tidak disentuh laki-laki manapun kecuali mahramnya. Justru aku akan malu jika mengenang masa lalu, sudah begitu sering kita bersentuhan bukan?”

Dan, “Sekarang, jangan kamu merasa telah rendah dan tidak suci lagi. Kita selagi hidup, masih ada tombol taubat yang bisa kita pakai kapan saja untuk mensucikan kembali hati kita.”
Setelah percakapan ini, entah apa yang terjadi dengannya lagi. Kabar terakhir hanyalah dia sedang mencoba-coba pakai jilbab. Alhamdulillah…