Saat rembulan lingsir di ujung malam
Meninggalkan sebentuk pijar fajar semburat seperti ekor srigala
Saat kau membuka matamu; untuk pertama kali
Mengisi dunia bagai sejuta impian berkelebat di kepalaku
Saat fajar hampir sempurna menampakkan indahnya
Tangismu memecah pagi
Sempurna setelah panggilan adzan mendengung di telingaku
Sekian waktu ku berjaga: gelisah menantikanmu
Segarnya air membasuh mukaku, kaupun merasakannya pada basuhan pertamamu
Sesempurna Tuhan mengatur waktumu agar mampu merasakannya
Awal dari sebuah hidup: lukisan pagi
Wahai cahaya mataku
Itu adalah sorot matanya
Mata seseorang yang telah rela sepenuh hati bersimbah peluh dan darah
Hanya untuk keindahan matamu
Dia yang telah rela memutuskan hidup denganku
Sebagai kelana yang menyusur dunia
Meninggalkan manis keegoisan hati merengkuh alam sendiri
Menyelaraskan ingin
Cahaya itu…
Cahaya matamu dan indah bibir ibumu
Aku merinduimu… Setiap waktu
(Padang, 28 Mei 2008)
Ini adalah puisi yang pernah saya buat ketika Baca lebih lanjut