Hati Ini Milik Siapa?

Lovie

Hati merupakan hal sensitif dan sangat rentan dalam diri kita. Jika kita bertanya hati ini milik siapa, tentu saja jawabannya bisa saja beragam. Buat sepasang sejoli (entah halal atau tidak) pasti akan saling ‘lebay’ bilang, “Hatiku hanya untukmu.” Keadaan ini diperparah dengan banyaknya lagu-lagu yang tak kalah ‘lebay’ dan semakin mendukung bahwa hati ini hakikatnya milik manusia semata.

Allah menganugerahkan sebuah organ dalam tubuh kita, organ yang sangat penting, yaitu hati. Namun, tak banyak tahu bahwa ‘hati’ yang dimaksud bukanlah organ hati atawa liver. Ini hanya masalah penyebutan atawa redaksi saja, sebenarnya organ itu adalah jantung. Dalam beberapa penelitian membuktikan, jantung disebut memiliki ‘otak’ sendiri, bekerja sendiri, dan dialah yang turut merasakan apapun yang kita rasakan.

Allah mengilhamkan dalam ‘hati’ kita dua hal, yaitu keburukan dan kebaikan. Dalam surat Asy Syams, Allah telah menjelaskan hal itu. Tak pelak, setiap insan yang lahir ke dunia memiliki dua potensi ini, potensi untuk menjadi baik dan juga potensi untuk menjadi jahat. Itulah kenapa, Nabi Muhammad saw harus dioperasi empat kali sepanjang hidupnya untuk membersihkan ‘hati’nya dari segala virus jahat yang bersemayam.

Bimbo juga pernah menjelaskan dalam lagunya bahwa ‘hati’ adalah cermin tempat pahala dan dosa berpadu, tapi saya lebih suka menyebutnya arena tempat singa baik dan srigala jahat beradu. Setiap menit, setiap waktu kita terkadang dirundung bingung atau ragu sehingga mengharuskan dua pikiran kita itu bertemu. Siapa yang menang? tentu saja yang setiap hari dikasih makan.

Dalam ESQ, ‘hati’ yang baik ini letaknya di tengah atawa di inti. Kecil, putih, dan bersih, berisi hal-hal baik yang bersumber dari asmaul husna. Di situlah letak segala bisikan kebaikan, dorongan kebajikan, atau lebih kita kenal dengan suara hati. Dan ‘hati’ yang jahat itu berada di sekitar ‘hati’ yang baik tadi. Mereka membelenggu dan berusaha mencegah agar suara hati itu tidak keluar dan kebaikan urung kita lakukan.

Jadi, sudah jelas ‘hati’ ini milik siapa dong…! Ya, hanya Allah yang berhak memiliki hati ini. Kita hanya meminjam. Lantas, pantaskah kita kemudian merusak dan membiarkan virus-virus ‘jahat’ perlahan masuk dan menguasai ‘hati’?

Banyak kita saksikan begitu mudah ‘hati’ kita goyah. Bisa jadi pondasinya tak kuat, atau acian semen-pasir-batu-nya kurang pas, atau bisa jadi terpaan badai yang begitu kuat sehingga perlahan bangunan kokoh dalam ‘hati’ kita akan rapuh dan rubuh.

Sebabnya banyak, bisa karena harta, bisa karena wanita (khusus yang cowok-cowok neh, kalo ada wanita yang patah hati karena wanita, itu patut dicurigai…atau sebaliknya^^). ‘Hati’ diciptakan bukan tanpa godaan. Setiap hari, setiap detik setan selalu berusaha membangkitkan sel-sel ‘hati’ jahat dalam tubuh kita. Jangan sampai kita lengah dan membuat ‘hati’ kita lemah, ini yang setan inginkan agar mereka bisa dengan mudah merubuhkan keyakinan kita kepada Sang Pencipta, Sang Pemilik hati yang nyata-nyata lebih memiliki kuasa terhadap ‘hati’ kita.

Jangan biarkan hati ini terlena. Ada yang bilang, ingat kepada Allah membuat hati tenang. Memang. Jika sedang gundah, bukan musik rock sebagai pelampiasan, ada Allah yang Maha Lapang. Jika sedang sedih, bukan lagu sendu yang perlu kita dengarkan, Allah punya Al-Qur’an. Jika marah, bukan tembok sebagai sasaran, ada air wudhu yang menenangkan. Jika gembira, bukan pula soda gembira atawa dugem habis-habisan, ada kotak infak yang menunggu ringan tangan kita.

Semua ada solusinya.

Keep ur heart…! And ur heart will save u.

3 respons untuk ‘Hati Ini Milik Siapa?

  1. Id_chan berkata:

    Mantapph tulisannya!!
    Mylife milik Allah, sejatinya hatiku milik Allah, tp dlm hatiku terbagi mnjd bbrpa bagian, utkku sndri, utk ortuku, anakku n org yg kusayang.

Tinggalkan Balasan ke jagokluruk Batalkan balasan